Telaga Biru Cigaru

Gue lagi gaya....



            Akhir-akhir ini (udah lama sih sebenernya) warga Tangerang digegerkan dengan adanya Telaga Biru yang berada di Desa Cigaru, Cisoka Kabupaten Tangerang. Katanya sih dulunya itu galian pasir. Tapi warna airnya berubah. Sampai-sampai media lokal dan pertelevisian pun ramai membicarakannya. Oke sebenernya gue bukan mau ngomongin itu sih. Gue cuma mau ngomongin hobi baru gue, yaitu photografi (Ini tulisannya bener gak sih?). Karena budged yang terbatas, gue hanya mengandalkan kamera hape (DSLR belum kebeli soalnya). Kali ini gue menggunakan kamera Xiomi Redmi Note 2. Oke langsung aja, cekidot….

waktu gue dateng tiba-tiba langsung ujan..































Lalu Lintas Indonesia


            Berbicara tentang lalu lintas di Indonesia, terutama di Jakarta memang memprihatinkan. Banyak pengendara yang melanggar aturan lalu lintas dengan banyak alasan. Ada yang mengatakan terlambat, terburu-buru dan lain-lain. Tetapi mereka tidak menyadari akan akibat yang mereka perbuat. Seperti timbulnya kemacetan, bahkan kecelakaan yang menyebabkan kematian.
            Kemacetan sepertinya memang sudah menjadi suatu hal biasa tapi harusnya tidak dibiasakan. Lalu bagaimana cara mengatasinya?
      1.      Penindakan tegas terhadap pelanggar lalu lintas.
Semua pengguna jalan mempunyai hak dan hukuman yang sama. Tidak memandang siapa yang melanggar. Entah itu seorang petugas (TNI dan Polisi) atau mungkin keluarganya sendiri, jika melanggar semua harus ditindak sesuai peraturan.
     2.      Penindakan terhadap oknum yang mencari keuntungan pribadi.
Berikanlah sanksi tegas terhadap petugas yang mencari keuntungan pribadi, seperti pungli yang memperbolehkan pengendara melanggar dengan membayar sekian uang. Menindak oknum yang memperbolehkan damai di tempat (membayar uang untuk dirinya).
     3.      Pembinaan terhadap petugas parkir di pertigaan atau perempatan jalan.
Banyak petugas parkir yang hanya menguntungkan dirinya sendiri tanpa memikirkan perbuatannya bisa menyebabkan kemacetan. Untuk itu perlu adanya pembinaan terhadap petugas-petuas parkir tersebut.
     4.      Introspeksi diri.

Mengatasi kemacetan bukan hanya tugas polantas ataupun pejabat terkait, tetapi semua dimulai dari diri kita sendiri untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di jalan raya, agar kita mendapat kenyamanan dan keamanan dalam berkendara.

Cerpen: Peri Biru

      "Kamu mau nggak jadi pacar aku?" Tanya gue ke Mesya sambil dagdigdug daia. Terus keluar om badut belang. #lhoMalahIklanDetergen.
      "Enggak mau." Jawab Mesya dengan muka takut.
      Dengan pedenya gue bilang, "Aku terlalu baik buat kamu ya?"
      "Bukan bego, tuh temen lo om-om belang nakutin gue. Kalo gue jadian sama lo, tar gue harus ketemu om belang itu terus. OGAH!!!"
      Anjir nih om daia sejak kapan ada dibelakang gue. Kalo misalkan ada setan muncul di belakang Mesya bakal ketakutan juga, nunjuk sambil bilang, "Ada om belang!" Terus setannya pingsan.
      Dan pada akhirnya gue ditolak gara-gara om daia. Kalo dibilang sakit hati, ya sakit. Jadi intinya, kalo lo mau nembak, hati-hati ada om daia. Waspadalah,, waspadalah!!
      Sebelum sama Meysa gue juga sering ditolak, dan alesannya macem-macem, kaya "kamu cowo aku cewe, kita gak cocok." Sampai "Kamu terlalu jelek buat aku, nggak bisa diajak kondangan!"
      Gue jomblo udah lama. Kalo lo ngeredit motor dengan angsuran termurah, mungkin udah dapet dua. Pokoknya lama dah. Terlalu lama sendiri pokoknya.
      Mungkin gue flashback ke Mesya dulu kali ya. Oh iya nama gue Arif asli Bandung. Gue ikut acara ini, biar gue bisa memperkenalkan Bandung ke dunia. Di Bandung itu keren, ada Taman Jomblo. Gue sering banget ke sana biar bisa ketemu cewe cantik yang jomblo juga. Pokoknya TOP dah walikotanya. Bandung juga tempat wisatanya keren-keren. Gue paling suka ke kawah putih. Malah dari pertama gue kesana gue berencana mau prewedding di sana. Sama siapa? Entahlah. #Lho ko gue malah ngomongin Bandung ya. Acara apa sih ini.
      Mesya ini temen kuliah gue, Gue kuliah di universitas swasta di Bandung, dia di universitas swasta di jogja. Lho ko temen kuliah? Iyalah orang dia pindah ke kampus gue. Dia sama gue beda fakultas. Gue ngambil sastra inggris dan dia di sastra indonesia. Tapi gue anggota BEM jadi gue bisa mampir sana sini. Gue tanya sama temen gue, Rena yang sekelas sama dia.
      "Ren, itu siapa sih yang cantik? Baru liat gue!" Tanya gue sambil bisik-bisik.
      "Oh si Mesya! Lo suka? Gue ada pin bbmnya nih!" Kata Rena. "Wah peluang nih!" Kata gue dalem hati.
      "Emang menurut lo gue mau minta pin bbmnya?" Tanya gue ke Rena dengan tatapan serius.
      "Jadi lo gak mau?"
      "Ya maulah,, hahahaha!" Jawab gue.
      "Dasar stres lo rif, nih!" Kata Rena kesel sambil ngasih pin bbmnya.
      Akhirnya pin bbmnya gue invite, dan gak berapa lama dia accept. Setelah itu gue sengaja gak bbm dia duluan. Gue jual mahal? Bukan. Gue cuma nggak berani. Setelah beberapa hari dia bbm gue duluan.
      "Kayanya kenal deh?" Bbm mesya.
      "Siapa hayooo???" Bales gue sambil nutupin mata gue kaya di iklan gitu.
      "Lho kok mata kamu ditutupin sih?" Tanya Mesya.
      "Lha kok kamu tau, kan kita cuma bbman doang!" Tanya gue heran.
      "Lha, udah tau bbman kenapa pake nutupin mata segala!"
      "Oh iya juga ya. Oke sekarang mulai dari awal aja ya. Kita sebelumnya belum kenal kan!" Kata gue mulai gila.
      "Lha kamu malah maen sulap. Udahan ah bbmannya, aku kan lagi dibelakang kamu!"
      Gue kaget, gue liat ke belakang tapi nggak ada siapa-siapa. Gue langsung bales bbmnya, "Di belakang aku nggak ada siapa-siapa nih!"
      "Lha berarti aku lagi dibelakangnya siapa?" Tanya Mesya mulai panik.
      Ternyata Mesya ada di depan gue. Gue langsung tepuk pundaknya.
      "Hei!"
      Mesya langsung nengok ke belakang, "Lho kok kamu ada di belakang aku! Yang di depan aku siapa?"
      Gue liat di depan dia ngak ada siapa-siapa. Akhirnya kita pergi ke kantin kampus untuk ngobrol-ngobrol. Akhirnya makin lama kita makin deket. Gue sering pergi sama dia. Nonton bareng maupun ke tempat-tempat wisata. Dan akhirnya gue tau dia itu ternyata agak posesif. Waktu itu gue lagi jalan-jalan sore. Hape gue bunyi, ternyata telpon dari Mesya.
      "Kamu lagi di mana? sama siapa?" Kata Mesya sambil ngomel di telpon.
      "Lha kan aku lagi di taman sama kamu!" Jawab gue agak bingung.
      "Oh iyaya aku lupa!"
      Ya walaupun gitu gue tetep bertahan sama dia, soalnya gue udah terlanjur sayang. Banyak yg bilang hal-hal negatif tentang dia, tapi tetep gue nggak pernah peduli. Namanya kan cinta ya harus terima apa adanya kan?
      Tapi semakin hari dia mulai menghilang perlahan. Iya, semua menghilang.
      Gue menjalani hari-hari seperti biasa. Selalu terlihat ceria walau hati terluka. Iya inilah manusia, kita melihatnya seperti biasa saja, seperti tidak ada apa-apa. Padahal kita nggak tau apa yang telah terjadi dibalik senyuman seseorang. Selalu ada rahasia dibalik sebuah senyuman.
      Gue memulai kehidupan gue kembali. Mencoba mengobati sebuah luka yang mengiris cukup dalam. Semakin hari gue semakin lupa akan rasa sakit itu.
      Gue datang ke kampus lebih awal. Gue hanya duduk termenung di kursi depan paling pojok kanan.
      "Lo kenapa Rif?" Tanya seseorang yang tanpa gue sadari udah duduk di samping gue.
      "Eh Septi, ngak apa-apa kok!" Jawab gue masih setengah kaget. Septi ini temen sekelas gue dikampus. Orangnya manis dan cantik juga sih kalo dipikir-pikir, tapi sayangnya gue males mikirnya. Eh gak ding, dia beneran cantik kok. Dan bawel banget orangnya. Rambutnya ngak ada, tapi bukan botak, orang dia pake kerudung.
      "Ah masa, gue udah lima menit loh di sini. Dan lo tetep aja nggak sadar kalo gue ada di samping lo. Lagi mikirin gue yak?" Tanya Septi sambil nyengir.
      "Ah iya nih, tau aja lo!" Jawab gue dengan tatapan serius sambil pencet idungnya dengan gemes.
      "Ikh syurif ikh!.." kata dia manja sambil cubit tangan gue.
      "Nama gue Arif, bukan Syurif tau!"
      "Biarin,, wleee!" Kata dia sambil melet.
      Gue sering ketawa-ketawa bareng sama dia. Semuanya terasa lucu, sampe-sampe gue lupa sama masalah yang gue hadapin. Kalo gue sama dia rasanya beda aja. Lebih terasa nyaman, dia kadang juga marah-marah nggak jelas.
      Suatu hari di kelas gue ngobrol berdua sama dia. "Itu muka lo kenapa?" Tanya gue iseng.
      Dengan muka panik dia bilang, "Kenapa emangnya?"
      "Ko Cantik sih!" Kata gue dengan tatapan serius,,
      "Ikhhh..." Kata dia sambil senyum-senyum najis. Gue tarik aja bibirnya dengan gemes. Dia ngeliat ke arah pensil dan buku yang gue taruh di meja, sengaja gue sering gambar-gambar gak jelas gitu. "Itu pensil udah kecil gitu kenapa gak dibuang aja sih rif?"
      Gue megang pensilnya, "Ini? Sayang tau masih bisa dipake!"
      Dia agak shock dengan jawaban gue, terus lanjut ngedumel, "Sama pensil aja sayang, sama gue enggak!"
      "Deg,," Kata hati gue, "Apa?" jawab gue pura-pura ngak denger.
      "Ngak apa-apa kok!" Jawabnya sambil masang muka ngak apa-apanya. Tapi akhirnya gue sadar, gue suka sama dia. Dia yang bikin gue bisa lupain semuanya. Dengan canda tawanya yang bawel itu. Dengan pura-pura marahnya. Gue seneng kalo deket dia. Pokok i love her. "Eh gelang lo bagus, warna biru lagi" Kata dia lagi sambil megang gelang gue. "Buat guelah, kan gue suka warna biru."
      "Gue juga suka!" Kata gue sambil senyum najis mandangin wajah dia.
      "Suka warna biru apa gelangnya?" Tanyanya.
      "Suka sama lo!" Jawab gue sambil tetep mandangin wajahnya.
      "Ikh, ngeliatnya jangan gitu kek!" Kata dia protes ngeliat muka gue yang sok imut. "Nanti suka beneran loh!"
      "Kalo beneran gimana?" Tanya gue serius.
      Dia diem sebentar. "Kok kalo suka nggak nembak-nembak sih!" sekarang gue yang giliran diem. "Kok diem, emang beneran suka sama aku?" Tanya dia penasaran, disangka gue lagi becanda.
      "Iya." Jawab gue singkat dengan pandangan datar.
      "Tapi, aku udah punya cowo!" Jawab dia mulai sadar kalo gue beneran suka sama dia.
      "Maaf ya aku nggak tau!" Jawab gue lesu, karena kembali ngerasain rasa sakit yang pernah ada. Dan tanpa sadar kata gue dan lo berubah jadi aku dan kamu.
      "Kirain aku, kamu udah tau!" Dia diem sebentar. Kini pandangannya beda berubah jadi serius. "Tapi kita masih temenan kan?" Tanya dia yang mungkin nggak mau kita yang tadinya sering bercanda jadi diem-dieman.
      "Iya." Jawab gue singkat sambil tetep senyum maksa. Akhirnya hari itu menjadi hari canggung. Gue lebih banyak diem.
      Malem hari, gue duduk termenung di halaman. Menatap ke atas, sambil menjerit dalam hati, "Kenapa sih sama gue, kenapa disaat gue bener-bener sayang sama cewek, tapi akhirnya malah kaya gini. Ada apa dengan hidup gue. Apa status jomblo ini nggak bisa lepas dari gue? Kenapa?" kemudian gue kembali menatap langit, gue melihat bintang yang indah. Walaupun bintang itu terlihat. Ia tidak akan bisa gue miliki. Akhirnya gue teringat kembali akan seorang peri yang menyukai warna biru yang selalu bisa buat gue tertawa bahagia. Septi. Dialah seorang peri biru yang seperti bintang di langit. Yang sampai kapanpun nggak akan bisa gue miliki. Tapi sampai kapanpun dia akan menjadi seorang peri biru cantik dihidup gue. Gue sayang dia.
      Gue masuk kedalam rumah, mengambil secarik kertas dan pinsil. Dan tanpa sadar sambil melamunkan Septi, jari-jari gue mulai menulis.

Melihat indah senyumanmu
Membuatku tergila-gila
Mendengar indah suaramu
Membuatku mabuk kepayang

Ketika jauh darimu
Aku sungguh merindu
Akankah kau jadi milikku
Ataukah hanya anganku

Kau seperti bintang di langit
Yang tak dapat aku raih
Karna kau bukanlah milikku

Kau peri biru di mimpiku
Kan slalu aku cintai
Meski kau bukanlah untukku
Kau kan slalu ada di hatiku

      Akhirnya kata-kata itu gue buat jadi lagu. Gue kirim ke Septi dan sejak saat itu gue bilang mau panggil dia peri biru. Dan dia juga nggak keberatan. "Lagunya bagus nggak?" Tanya gue lewat messager.
      "Bagus kok, tapi kalo lebih bagus kalo nyanyinya duet sama aku,hehe!" Balesnya, yang mungkin dalam arti sebenarnya. Lagunya bagus, cuma suara lo jelek. Dan maksudnya duet, gue maen gitar dia yang nyanyi. Iya emamg suara gue jelek. Gue bisanya maen gitar, makanya kalo ngeband gue jadi bassist #Lho.
      Sejak saat itu gue dan Septi jadi deket, iya walaupun cuma temen. Tapi hati gue bakanlah tetep sayang sama dia. It's true love.

 
Support : Creating Website | ulwannn Template | Mas Template
Copyright © 2014. Sebuah Kisah Mahasiswa Galau - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger