Cerpen: Rahasia Senja





            “Hoammmzzzz, jam berapa ini?” Kata gue, yang baru saja bangun dari tidur siang. Gue coba lihat jam dinding yang ada di kamar gue. “Anjriittt, udah jam 4! Gue kan ada janji jam 5, sore ini, di Taman, samping stasiun!”
            Gue janjian sama pacar gue, Syila. Hari ini, 20 November, kita mau ngerayain hari jadian kita yang pertama.
            Gue buru-buru bangkit dari tempat tidur. Langsung masuk ke kamar mandi, dan siap-siap berangkat. Tiba-tiba hape gue berbunyi. Tanda ada telepon masuk.
            “Halo!! Kenapa Yank? Kamu udah sampe?” Tanya gue agak khawatir, karena jam baru menunjukkan jam setengah 5. Masa dia sudah sampai.
            “Eh hmm iya halo! Hmm maaf ya sayang, hari ini aku gak bisa dateng, soalnya mamah aku ngajak ke  puncak. Gak tau nih ngedadak banget!” Jelas Syila.
            “Oh iya, gak apa-apa! Hati-hati ya sayang!” Jawab gue memaklumi.
            Walaupun hari ini gue gak jadi ketemuan, gue tetep pergi ke Taman itu. Hanya untuk melepaskan penat setelah beberapa hari kemarin bekerja dan kuliah.
            Gue berjalan menuju sana, karena taman itu tidak terlalu jauh dari rumah. Tapi setelah mendekati taman, gue melihat ada sesuatu yang aneh. Gue melihat cewe dan cowo sedang duduk di bangku taman menikmati sore itu. Tapi gue udah gak asing lagi dengan cewe itu, gue coba dekati.
            “Syilaaa!!!” Ucap gue kaget.
            “Siapa ini Yank?” Kata cowo itu ikutan kaget.
            “Hmm..” Hanya kata itu yang terucap oleh Syila.
            “Syila, coba kamu jelaskan?” Kata gue mulai kesal.
            “Oke, aku jelasin semuanya!” Jawab Syila mulai mengeluarkan suaranya, “Ini Joni, pacarku!” Kata syila lagi sambil memperkenalkan cowo itu.
            “Tapi, bukankah kita ini…” Belum selesai gue ngomong, tapi Syila sudah memotongnya.
            “Pacaran?” Jawab Syila. “Kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kuliahmu Ham! Sedangkan waktu untuk aku mana? Aku ini cewe Ham, cewe! Aku butuh perhatian. Tapi selama kamu sibuk, ada Joni yang perhatian sama aku, aku lebih nyaman sama Joni, Ham!” Jelas Syila.
            “Iya, aku tau Syil, aku kurang perhatian. Tapi semua itu untuk masa depan kita. Kamu tau kan aku ini dari orang biasa-biasa saja.” Jawab gue, “Tapi kalau kamu lebih nyaman dengan Joni, aku rela Syil!” Lanjut gue.
            “Hmm,, maafin aku Ham!” Jawab Syila sambil nangis, dan Joni mengusap airmatanya.
            “Ayo Yank kita pergi!” Kata Joni mengajak Syila pergi.
            Syila dan Joni mulai pergi, dan makin lama makin jauh. Orang-orang di Taman pun mulai pulang, karena sebentar lagi waktu akan malam. Sekarang tinggal gue sendiri. Duduk di kursi taman. Hanya di Temani mentari senja.
            “Cindy!!” Tiba-tiba gue inget seseorang yang pernah ada dalam hidup gue.
            Awal pertemuan gue dan Cindy, adalah di Taman ini, saat senja. Gue yang berusia sekitar 4 tahun, sedang bermain di Taman bersama nyokap gue.
            “Rani..” Panggil ibu-ibu bersama anak perempuannya yang kira-kira seumuran dengan gue.
            “Eh Bu Romlah! Sama anaknya juga ya?” Jawab nyokap.
            “Eh aku kira siapa tadi, ternyata kamu Ran! Udah lama kita gak ketemu, makin cantik aja kamu!” Kata Tante Romlah. “Eh siapa ini? Ganteng sekali!” Lanjutnya sambil ngusap kepala gue.
            “Ilham.” Jawab gue malu-malu.
            “Oh ini anak tante, namanya Cindy” Kata Tante Romlah, “Cindy, kamu main dulu geh sama Ilham, Mamah mau ngobrol dulu sama tante Rani, udah lama gak ketemu, sejak lulus SMA dulu!” Lanjutnya ke Cindy.
            “Iya mah!” Jawab Cindy. “Ayo Ham, kita main, hmm main apa ya? Ayunan aja yuk? Mau gak?” Ajak Cindy sambil narik tangan gue.
            Tanpa gue bilang setuju, Cindy langsung bawa gue ke ayunan yang ada di Taman itu. Selama bermain, Cindy bercerita banyak tentang dirinya, tentang rumahnya di Surabaya, tentang teman-temannya di sana. Dan tentang kepindahannya ke Jakarta.
            Hari semakin larut, akhirnya kita harus pulang. Gue dan Cindy berjanji besok, lusa dan seterusnya kita akan selalu bermain di Taman ini.
            Keesokan harinya, seperti biasa gue pergi sekolah di temani nyokap gue. Gue sekolah di TK Cahaya Kasih. Tapi hari itu terasa berbeda ketika tiba-tiba Ibu Guru berbicara.
            “Selamat pagi anak-anak!” Sapa Bu Leni pagi itu.
            “Pagi Bu…” Gue dan anak-anak yang lain menjawab.
            “Hari ini kita kedatangan murid baru, dari Surabaya!” Kata Bu Leni lagi.
            “Surabaya?” Tanya gue dalam hati.
            “Cindy, ayo masuk!” Ajak Bu Leni kepada Cindy.
            “Cindy?” Lagi-lagi tanya gue dalam hati.
            “Iya Bu!” Jawab Cindy.
            Ternyata apa yang gue fikirkan benar, Ia dia adalah Cindy yang senja kemarin bermain bersama gue.
            “Kamu duduk di sebelah Ilham ya!” Seru Bu Leni kepada Cindy.
            “Hai Ham, ternyata kita satu sekolah ya!” Sapa Cindy ke gue.
            “Iya, sekarang kita bisa jadi sering bertemu, dan bermain bersama!” Jawab gue senang.
            Setiap hari gue dan Cindy semakin dekat, hingga SD, SMP, dan SMA pun kita satu sekolah dan satu kelas. Hingga ketika kelas 2 SMA. Gue sadar, ternyata gue punya perasaan yang lebih kepada Cindy. Iya, gue sayang dan cinta sama dia. Tapi apakan dia juga mempunyai perasaan yang sama? Mungkin gue harus menyatakannya, nanti sore, di tempat biasa kita ketemu, Taman.
            Sore itu gue bergegas ke Taman itu. Ternyata Cindy sudah berada di sana menunggu gue.
            “Cindy…!!!” Teriak gue.
            “Eh, kamu udah datang Ham. Aku udah nunggu kamu dari tadi!” Jelas Cindy.
            “Eh iya maaf! Cie yang nungguin aku! Kangen ya?” Ejek gue.
            “Iya nih!” Jawab Cindy malu-malu, dan wajahnya memerah, sambil senyum-senyum, dan kelihatan cantik sekali.
            “Oh iya Cin, aku boleh ngomong sesuatu gak?” Tanya gue.
            “Ngomong apa Ham, kok serius banget?” Tanya Cindy bingung.
            “Hmm, sebenarnya aku merasa nyaman banget kalo ada di dekat kamu. Aku tuh selalu bahagia kalo dekat kamu. Aku sayang kamu Cin. Aku Cinta kamu!” Kata gue terus terang.
            “Aku udah lama menunggu saat-saat seperti ini Ham. Jujur aku juga sayang kamu Ham. Aku juga cinta kamu!” Jawab Cindy sambil memeluk gue.
            “I Love You Cin!” Kata gue sambil memeluk Cindy.
            “Kamu jangan tinggalin aku ya Ham!”
            “Iya Sayang!”
            Hari-hari selalu kita jalani berdua. Kita semakin dekat. Tapi dua tahun kemudian. Kita lulus sekolah, tapi Cindy di suruh orang tuanya, untuk melanjutkan Kuliahnya di London, Inggris. Karena ayahnya Cindy akan bertugas di sana. Jadi Cindy dan keluarganya harus tinggal di sana. Satu hari sebelum pergi, Cindy mengajak untuk bertemu di Taman biasanya.
            “Ham, maafin aku ya! Aku harus pergi!” Kata Cindy.
            “Jujur ya Cin, sebenarnya aku gak rela kamu pergi. Tapi mungkin ini udah jalan takdir kita!” Jawab gue pasrah.
            “I Love You Ham!” Kata Cindy sambil memeluk gue.
            “Apakah nanti kita akan bertemu lagi?” Tanya gue.
            “Aku janji Ham, suatu saat pasti kita akan bertemu lagi!”
            6 tahun berlalu, tapi sampai hari ini Cindy tak pernah kembali, gue kangen dia. Mana janjinya dulu. Apakah gue dan Cindy tak akan bertemu lagi?
            “Ilhaaammmm….” Tiba-tiba suara dari belakang menyadarkan lamunan gue.
            “Cindy?” Kata gue reflek, sambil menengok kearah belakang.
            “Eh tante Romlah! Kapan kembali ke Indonesia?” Tanya gue kaget.
            “Kemarin sore Ham!”
            “Cindy mana tante?” Tanya gue.
            “Cindy katanya gak mau kembali ke Indonesia, dia betah di sana Ham!”
            “Hah, jadi Cindy gak kembali tante?” Tanya gue sedih.
            “Iya, jangan sedih ya. Eh tante punya oleh-oleh dari London buat kamu. Ayo ke rumah tante!”
            Gue dan tante Romlah menuju rumahnya. Dirumahnya kelihatan sepi sekali.
“Nanti ya, tante ambilkan dulu, kamu tunggu aja di sini, sambil nonton TV.”
“Iya tante.”
Gak lama ada yang turun dari arah lantai dua. Gue kira hanya tante Romlah. Tapi ternyata.
“Ilham?” Kata suara yang udah gak asing lagi.
Gue nengok kebelakang. “Cindy!” Jawab gue kaget.
“Iya Ham ini aku!” Kata Cindy sambil menghampiri gue, “Aku rindu kamu Ham!” Kata Cindy lagi sambil memeluk gue.
“Aku Juga Cin!”
Akhirnya gue dan Cindy bisa bersatu kembali. Dan kita memutuskan untuk menikah. Kita dikaruniai dua orang anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kita beri nama, Rudi dan Senja. Rudi berumur 10 tahun, dan Senja berumur 7 tahun.


Sumber Gambar: deewiput.blogspot.com/2013/06/sepotong-senja-untuk-si-pengagum-rahasia.html?m=1
 
Support : Creating Website | ulwannn Template | Mas Template
Copyright © 2014. Sebuah Kisah Mahasiswa Galau - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger