Kayanya gue harus beneran lupain Lela deh. Tapi hmm, ini
terlalu sulit buat gue. Ah seenggaknya dia udah tau perasaan gue. Mungkin gue
harus coba pejamkan mata ini mencoba untuk melupakan semuanya. Tidur dulu deh.
Baru mau tidur, tapi hape gue bunyi, ada bbm masuk.
“Don, makasih ya,,” Bbm dari Lela.
“Iya, maaf ya!” Bales gue.
“Maaf kenapa,,”
“Maaf, aku udah sayang sama kamu.”
“Bukan salah kamu kok, akunya aja yang nggak ngerti.”
“Tapi sekarang udah ngertikan? Dan kamu tau apa yang aku
mau. Aku cuma ingin melihat kamu tersenyum bahagia.”
“Iya, aku ingin hubungan kita baik-baik aja ya, jangan
jauhin aku,”
“Iya, aku juga maunya gitu. I will not go,,”
Saat bbm itu, air mata gue hampir keluar. Entahlah itu
air mata sedih, terharu, atau mungkin bahagia. Tapi yang jelas, gue beneran
sayang dia.
“Aku tau, SarungMan itu kamu kan?” lanjutnya.
“Kok kamu bisa tau?”
“Iya, soalnya saat suratnya ada di kursi itu. SarungMan
tepat berada di atas pohon yang ada dideket kursi itu.”
“Hmm, iya. Maaf ya aku nggak kasih tau kamu. Aku cuma pengen
ada di deket kamu dan selalu ada buat kamu aja kok.”
“Iya, nggak apa-apa, aku ngerti kok.”
Memang ketulusanlah yang membuat kita bahagia. Walaupun
gue nggak bisa memiliki Lela. Tapi setidaknya gue bisa berada dekat dengan dia.
Dan mungkin sekarang gue bukan lagi seorang secret admirer. Tapi walaupun
begitu, tidak banyak yang tau, kalo gue sayang dia.
Dua tahun berlalu, Rachel, sahabat gue pergi. Dan satu
tahun yang lalu Lela telah lulus dan memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di
Belanda. Dan satu tahun juga gue nggak bertemu Bidadari Cantik yang selalu ada
dihati gue itu. Rasa rindu terus menghantui gue. Gue nggak tau apa yang harus
gue lakuin. Gue nggak ada nomernya.
“Nal, setelah lulus nanti lo mau lanjut kemana?” Tanya
gue ke Ronal.
“Gue sih disuruh mengelola perkebunan keluarga di Medan
sana.”
“Pulang kampung dong?”
“Begitulah. Kalo lo mau lanjut kemana?”
“Nggak tau nih Nal, masih bingung gue!”
“Ah, gue tau. Pasti lo mau nyusul Lela ke Belanda kan!”
“Nggak Nal. Akh lo malah ngingetin lagi aja. Jadi tambah
kangen kan gue sama dia.”
“Alah, gue nggak bilang juga lo selalu inget dia kan?”
“Iya juga sih.”
“Semalem aja waktu lo tidur, lo manggil-manggil nama dia.”
“Iya Nal, saking kangennya gue mimpiin dia.”
“Sudahlah, lo coba pikirkan. Mau ngapain setelah lulus
nanti. Minggu besok kita sudah pelepasan loh. Dan kita sudah nggak di sini
lagi.”
“Ah, gue mau jadi penulis aja deh Nal.”
“Nulis apa? Kisah lo sama Lela?”
“Begitulah.”
“Okelah gue hanya bisa mendukung lo.”
Gue mulai menulis semua cerita gue sama Lela. Nggak kerasa
dalam waktu enam hari buku itu telah selesai. Tepat H-1 hari pelepasan. Buku itu
gue beri judul SarungMan.
“Udah jadi nih Nal bukunya.”
“Secepet itu Don?”
“Iya Nal.”
“Coba lo kirim ke penerbit. Siapa tau di terbitin. Kan kalo
Lela balik ke Indonesia, lo bisa kasih bukunya ke dia. Dia pasti seneng.”
“Caranya gimana Nal?”
“Nih gue ada alamatnya. Lo kirim aja lewat pos.”
“Oke, gue kirim sekarang!”
Gue langsung menuju kantor Pos untuk mengirimkan naskah
gue. Dan gue menunggu jawaban dari penerbitnya.
Hari perpisahan pun tiba. Akhirnya gue akan pulang
kembali ke Jakarta, tempat orang tua gue. Ronal pun kembali ke Medan.
Tiga bulan setelah pengiriman. Akhirnya ada telepon yang
masuk kegue.
“Halo.”
“Iya hallo, bisa bicara dengan Doni.”
“Iya, ini saya.”
“Oh, selamat ya. Naskah anda akan diterbitkan.”
“Serius pak?”
“Iya, bulan depan kita mulai promo ke berbagai Kota ya
Don.”
“Oke pak, terima kasih.”
Setelah gue tutup telepon. Tapi telepon gue bunyi lagi.
“Ada apa lagi pak?” Tanya gue.
“Pak, Pak, Pak, ini gue Rachel Don.”
“Oalah, Lo Hel.”
“Iye, Lo di mana. Anter gue ke Kampus UI dong. Gue keterima
di sana.”
“Di rumah. Yaudah lo di mana?”
“Gue lagi di Stasiun Manggarai nih. Lo ke sini sekarang
ya.”
“Oke gue ke sana.”
Gue langsung siap-siap untuk ketemu sahabat gue itu. Nggak
beberapa lama gue sampe di Stasiun. Karena jarak rumah gue ke stasiun gak
terlalu jauh.
“Don, di sini.”
“Eh, apa kabar lo.”
“Bae, eh gimana sama Lela?”
“Lela lanjut kuliah di Belanda Hel, gue nggak tau apa kabarnya
sekarang.”
“Kasian sekali kau Don. Terus lo masih jadi SarungMan.”
“Udah nggak Hel, sarungnya tiba-tiba aja menghilang.”
“Terus lo sekarang kerja atau kuliah?”
“Sekarang gue jadi penulis Hel, bulan besok gue mau
launching buku.”
“Pasti ceritanya tentang Lela kan?”
“Ah tau aja lo.”
“Udah ketebak Don.”
“Yaudah ayo gue anter ke kampus.”
“Yuk.”
Enam bulan setelah buku gue launching. Tiba-tiba ada
nomer yang nggak gue kenal lagi nelpon gue.
“Halo, bisa bicara dengan Doni.”
“Iya saya sendiri.”
“Saya Erlando, sutradara Film. Saya suka cerita kamu. Kamu
mau bekerja sama dengan saya.”
“Kerja sama bagaimana pak?”
“Saya mau buat cerita kamu menjadi sebuah Film. Yang bakal
tayang pertengahan tahun ini. Ya sekitar bulan juli. Kita hanya punya waktu 4
bulan untuk menyelesaikan filmnya. Oh iya saya mau kamu yag jadi pemeran
utamanya.”
“Hah, serius pak?”
“Iya, besok jam 10 kita bicarakan ini di café daerah
Kemang ya.”
“Oke pak.”
Pembicaraan gue berlanjut dengan pak sutradara. Setelah itu
mulai casting pemain. Hingga proses syuting yang berjalan dengan baik. Gue nggak
nyangka bisa begini. Bulan Juli nanti filmnya akan tayang. Tapi sayangnya Lela
nggak tau. Andai aja Lela bisa pulang ke Indonesia dan nonton filmnya bareng
gue. Sekarang sudah akhir Juni. Dua tahun lebih gue nggak ketemu Lela. Setelah
mengandai-andai tiba-tiba hape gue bunyi. Nomernya asing, gue tau ini bukan
dari planet lain. Tapi nomer Negara lain.
“Hallo, siapa ini?” Tanya gue.
“Doni?”
“Iya, ini siapa ya?”
“Ayo tebak siapa?” Jawabnya bikin penasaran. Tapi hati
gue bilang kalo itu Lela.
“Ah siapa sih?”
“Ini Lela Don, masih inget kan?”
“Serius ini Bidadari Cantik?”
“He’em.”
“Kamu kemana aja sih, kok nggak kasih kabar. Aku kangen
tau!”
“Cie yang kangen.”
“Iya nih.”
“Oh iya minggu besok, aku ke Indonesia.”
“Serius kamu?”
“Iya, oh iya katanya bulan ini film kamu tayang ya?”
“Kok kamu bisa tau?”
“Kemaren nggak sengaja, aku nemu Rachel di twitter. Dia yang
bilang.”
“Akh, kok Rachel nggak cerita sih?”
“Iya, sengaja. Aku bilang ini biar jadi kejutan buat
kamu. Oh iya, nanti nonton bareng yuk?”
“Hah, serius. Ini aku lagi nggak mimpi kan?”
“Nggak kok.”
“Yaudah, aku tunggu kamu ya.”
“Oke!”
Hari yang gue tunggu-tunggu itu pun datang. Selama Lela
liburan di Indonesia selalu bersama gue. Walaupun hanya beberapa hari. Tapi gue
seneng bisa bersama dia lagi. Mungkin inilah yang namanya cinta. Akan indah
pada waktunya. Satu kata kunci untuk yang namanya cinta. Yaitu KETULUSAN.
THE
END..
Thank’s To:
Pertama gue mau ngucapin terima kasih untuk Allah SWT. Selanjutnya
gue mau ngucapin terima kasih buat Bidadari Cantik yang telah menjadi inspirasi
gue dalam menulis cerita ini, tanpa kamu cerita ini nggak akan ada.
Nggak lupa buat sahabat-sahabat gue, Vivi, Ardha, Reza,
dan yang lainnya yang nggak bisa gue sebutin satu-satu. Terima kasih juga buat
kalian yang udah baca cerita ini dari episode pertama sampai terakhir. Cerita
ini untuk kalian.
Selain ucapan terima kasih, gue juga meminta maaf atas
kesalahan kata-kata dan kekurangan dalam cerita ini. Oh iya, maaf kalo cerita
ini harus selesai. Karena gue mau focus ngerjain tugas kuliah, dan buat buku
pertama gue yang belum sempet gue kerjain. Mungkin setelah itu akan ada #SarungMan
Season 2.
Thank’s for all…
5 comments:
di tunggu cerita selanjutnya... :)
keren sob !
Oke sobb...
Lela sudang tersarungi cinta SarungMan :)
Ah kereen :D
Oh terharu nih bang bacanya. perjuangkan cintamu haha
Post a Comment
Komentar Bisa kaleee....!!!!